Pemanasan global
adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan
Bumi. Pada saat ini Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para
ilmuan dianggap disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini
adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan
gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai
gas rumah kaca ke atmosfer. Krisis energi menjadi topik yang banyak dibahas,
mengingat kondisi persediaan energi tak terbaharui seperti minyak bumi yang
semakin menipis. Sebelas dari dua belas tahun terakhir menunjukkan tahun-tahun
terpanas sejak tahun 1850. Rata-rata suhu udara global telah meningkat
setidaknya 0,74 derajat Celcius selama abad 20, dimana dampaknya paling terasa
di daratan dibanding di lautan (Data UNEP, 2007). Peningkatan suhu ini akan
berdampak pada penambahan pemanfaatan energi untuk kepentingan kenyamanan
bangunan.Bangunan merupakan penyerap energi terbesar bumi. 48 persen
energi diserap bangunan, 27 persen oleh transportasi dan sisanya digunakan oleh
sektor lainnya. Bangunan menjadi pengkonsumsi terbesar energi akibat
penggunaan pendingin ruangan, Air Conditioner
adalah
penyumbang terbesar dalam konsumsi energi. Krisis energi dunia memacu
perkembangan konsep arsitektur yang lebih sadar energi. Arsitektur hemat energi
(energy efficient architecture)
adalah arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai
dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Dengan
demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran
meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,
kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Salah satu upaya untuk mengurangi
penggunaan energi adalah menggunakan ventilasi alami. Penggunaan
Air
Conditioner
yang memakan
banyak energi, digantikan oleh penghawaan alami dengan menggunakan sistem
ventilasi alami.Kondisi alam tropis di
Indonesia sangat mempengaruhi bentuk bangunan yang selaras. Dengan
kondisi alam topis yang sering terjadi hujan, muncul bentuk berupa
atap-atap yang menjulang dengan kemiringan yang cukup terjal untuk memudahkan
air hujan untuk turun. Alam Indonesia dengan beragam fauna yang ada didalamnya
juga mempengaruhi bentuk bangunan vernakular di Indonesia. Sebagian besar
berdiri di atas tiang dengan bangunan yang tertutup sebagai bentuk perlindungan
terhadap binatang buas. Arsitektur vernakular juga menggambarkan kondisi
alam sekitarnya, dengan penerapan berbagai bahan yang ada. Arsitektur
vernakular sangat dipengaruhi oleh keadaan dan potensi alam sekitarnya yang
merupakan motif utama pemberi corak arsitektur vernakular. Potensi alam yang
mempengaruhi arsitektur vernakular tersebut seperti pengaruh iklim, curah
hujan, serta tumbuh-tumbuhan yang dipakai sebagai bahan bangunan. Pada umumnya
bangunan vernakular di Indonesia mempunyai kegunaan sebagai perlindungan
fisik terhadap dinginnya udara, panasnya matahari atau derasnya angin serta air
hujan. Bisa dikatakan rumah dalam masyarakat vernakular digunakan sebagian
besar sebagai tempat perlindungan.Tulisan ini akan membahas tentang
bagaimanakah sistem dan tipe ventilasi pada bangunan vernakular yang ada di
Indonesia, sehingga dapat diketahui karakter dan bentuk dari ventilasi
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sistem
dan tipe ventilasi dari bangunan vernakular di Indonesia, di mana ventilasi
merupakan salah satu cara bangunan vernakular dalam mengatasi kondisi iklim.